Jumat, 01 April 2011

Istiwa’ Bersemayam diatas Arsy (Pandangan Al-Imam Abul Hasan Asl-Asy’ary dalam kitab Al-Ibaanah An-Ushulid Diyanah)

Al-Imam Abul Hasan Al-Asy’ary [semoga Alloh merahmati beliau] berkata didalam kitabnya Al-Ibaanah An-Ushulid Diyanah pada Bab ‘Istiwa’ ‘Alal ‘Arsy :
Jika seseorang berkata :
“Bagaimana pendapat kalian tentang Istiwa’ (bersemayamnya Alloh diatas Asrys?”
Dikatakan kepadanya :
“Sesungguhnya Alloh bersemayam diatas Arsy-Nya sesuai dengan kemuliaan-Nya tanpa menetap seterusnya sebagaimana firman Alloh :
“(Yaitu) Yang Maha Pemurah yang bersemayam diatas ‘Arsy”
[Qs. Thaahaa : 5]

dan Dia berfirman :
“Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik.” [Qs.Faathir : 10]
“Tetapi (yang sebenarnya) Alloh telah mengangkat Isa kepada-Nya”
[Qs.An-Nisa' : 158]
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan0 itu naik kepada-Nya” [Qs. 32:5]
Alloh berfirman tentang Fir’aun semoga Alloh melaknatnya :
“Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu (langit), supaya aku bisa melihat Ilah Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta.” [Qs. Al-Mu'min : 36-37]
Fir’aun mendustakan Nabi Alloh Musa yang mengatakan bahwa Alloh berada diatas 7 lapis langit.
“Apakah kamu merasa aman terhadap Alloh yang dilangit bahwa Dia menjungkir balikan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu tergoncang?” [Qs. Al-Mulk : 16]
Arsy berada diatas 7 lapis langit. Tatkala Alloh mengatakan bahwa Arsy berada diatas langit dan Dia berfirman :
“Apakah kamu merasa aman terhadap Alloh yang ada di langit?” Sebab Dia beristiwa’ diatas ‘Arsy-Nya yang berada diatas langit dan di setiap diatas langit dan ‘Arsy-Nya.
Bukan berarti jika Dia katakan bahwa “Apakah kamu merasa aman terhadap Alloh yang ada dilangit , Dia berada disemua langit. Jadi maksudnya diatas Arsy yang lebih tinggi daripada langit ketujuh. Tidakkah kalian melihat ketika Alloh menyebutkan 7 lapis langit kemudian Dia menyebutkan :
“Dan Alloh menciptakan padanya bulan sebagai cahaya” [Qs.Nuh:16]
Ternyata bulan itu tidak memenuhi seluruh langit dan tidak terdapat disetiap langit.
Kita melihat semua kaum muslimin mengangkat tangan mereka ke arah langit ketika mereka berdo’a. Ini membuktikan bahwa Alloh beristiwa’ diatas Arsy’-Nya yang berada diatas langit.
Kalaulah sekiranya Alloh tidak berada diatas Arsy’-Nya, tentu mereka tidak akan mengangkat tangan ke arah ‘Arsy-Nya sebagaimana mereka tidak akan merendahkan tangan mereka mengarah ke bumi ketika berdo’a.


Berkata seseorang dari kelompok mu’tazilah, jahmiyah dan haruriyah :
Makna firman Alloh :
“Yang Maha Pemurah Yang bersemayam diatas Arsy” adalah bahwa Dia merebut, memiliki dan menguasai Arsy’ “. Adapun Alloh berada di semua tempat.
Mereka mengingkari bahwa Alloh beristiwa diatas ‘Arsy, sebagaimana yang dikatakan para pengikut Ahli kebenaran. Kemudian mereka berpendapat bahwa ‘Istiwa adalah berkuasa.
Kalau demikian halnya, tentunya tidak ada perbedaan antara ‘Arsy dan bumi yang tujuh lapis, karena Alloh Maha berkuasa atas bumi, rerumputan, alam dan atas segala sesuatu. Jika Alloh beristiwa diatas ‘Arsy-Nya bermakna merebut atau menguasai, sementara Dia menguasai segala sesuatu, berarti Dia beristiwa diatas Arsy, langit, bumi, rerumputan, dan kotoran. Sebab Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu dan menguasainya.
Dengan demikian jika Alloh menguasai segala sesuatu dan tidak boleh bagi seorang muslim mengatakan bahwa Alloh bersemayam diatas rerumputan dan tempat-tempat kosong (Maha Tinggi Alloh atas yang demikian itu dengan ketinggian yang sebesar-besarnya) berarti tidak boleh mengartikan Istiwa diatas ‘Arsy dengan arti Istaula’ terhadap sesuatu. Dengan ini jelaslah bahwa makna istiwa’ khusus diatas ‘Arsy tidak dengan yang lainnya.
Orang-orang mu’tazilah, Jahmiyah dan Haruriyah mengatakan bahwa Alloh berada disemua tempat.
Perkataan ini memaksa mereka untuk mengatakan bahwa Alloh juga berada di perut Maryam, diatas rerumputan dan tempat-tempat kotor. tentu saja pendapat ini sangat bertentangan dengan aqidah Islam. Maha Tinggi Alloh atas apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang sebesar-besarnya.

bagian :- Masalah -
Jika Alloh tidak hanya bersemayam diatas ‘Arsy sebagaimana yang dikatakan oleh para Ulama dan para penukil Hadits dan atsar, berarti Alloh berada disemua tempat termasuk dibawah bumi yang diatasnya terhampar langit. Jika Dia berada di tempat dibawah bumi, berarti bumi berada diatas tempat tersebut dan langit berada diatas bumi.
Ini mengharuskan kalian untuk mengatakan bahwa Alloh berada dibawah tempat yang bawah dan segala sesuatu berada diatas-Nya dan Dia berada diatas tempat yang atas sementara segala sesuatu berada dibawah-Nya.
Pernyataan ini mengandung konsekuensi bahwa Alloh berada dibawah sesuatu yang ada diatas-Nya dan diatas sesuatu yang ada dibawah-Nya Ini adalah perkara mustahil. Maha Tinggi Alloh atas yang demikian itu dengan ketinggian yang sebesar-besarnya.
Dalil Lain :
Diantara dalil yang menguatkan bahwa Alloh hanya beristiwa’ diatas ‘Arsy tidak diatas lainnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh ‘Affan, dia berkata :
“telah mengatakan kepada kami Hammaad bin Salamah, ia berkata : “telah mengatakan kepada kami Amir bin dinaar, dari naafi’ dari Jubair dari ayahnya radhiyallohu’anhuma ajma’in bahwa Nabi shollalloohu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Alloh turun ke langit dunia setiap malam dan berkata : “Adakah orang yang memohon kepadaKu agar Aku beri permohonannya? Adakah orang yang meminta ampun agar Aku ampuni dosanya? Demikianlah seterusnya hingga terbit fajar.” [Hadits Shohih Riwayat Ahmad 4/81]
“Ubaidillah bin Bakar berkata : “Telah berkata kepada kami Hisyaam bin Abi Abdillah dari Yahya bin Abi Katsir dari Abi Ja’far bahwa ia mendengar Abu Hafsh bercerita bahwa ia mendengar Abu Hurairoh radhiyallohu anhu berkata, Rosululloh shollalloohu ‘alaihi wasallam bersabda :
Jika tersisa sepertiga malam, Alloh Tabaaraka Wa Ta’ala turun dan berkata : Siapa yang sedang memohon kepada-Ku niscaya Aku penuhi permohonannya, siapa yang meminta ampun kepada-Ku maka Aku akan ampuni dosanya dan siapa yang meminta rezeki maka akan Aku lapangkan rezekinya.
Abdulloh bin Bakar As-Suhami berkata : Telah mengatakan kepada kami Hisyaam bin Abi Abdulloh dari Yahya bin Abi Katsir dari Hilal bin Abi Maimuunah, ia berkata : telah mengatakan kepada kami Athaa bin yasaar bahwa Rifa’ah Al-Juhani mengatakan kepadanya : “kami berjalan bersama Rosululloh, setelah kami sampai didaerah Kadid atau Qadid beliau memuja dan memuji Alloh seraya bersabda :
Jika tersisa sepertiga malam, Alloh Tabaaraka wa ta’ala turun dan berkata : Siapa yang sedang memohon kepada-Ku niscaya Aku penuhi permohonannya, siapa yang meminta ampun kepada-Ku maka aku akan ampuni dosanya dan siapa yang meminta rezeki maka akan Aku lapangkan rezekinya.
Alloh turun dengan tanpa gerak dan berpindah sesuai dengan kemuliaan dzat-Nya. Maha Tinggi Alloh atas yang demikian itu dengan ketinggian yang sebesar-besarnya.

Dalil lain :
Firman Alloh :
“Mereka takut kepada rabb mereka yang berkuasa atas mereka” (Qs. An-Nahl : 50)
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Rabb” (QS. Al-Ma’aarij : 4)
“Kemudian Dia menuju langit dan langit masih merupakan asap” (Al-Fushilat : 11)
“Kemudian dia bersemayam diatas ‘Arsy, (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah (tentang Alloh) kepada orang yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia” (Al-Furqaa : 59)
“Kemudian Dia bersemayam diatas ‘Arsy. tidak ada bagi kamu selain daripada-Nya seorang penulong pun dan tidak pula seorang pemberi syafa’at” (As-Sajdah : 4)
Semua ayat tersebut meyebutkan bahwa Alloh beristiwa’ diatas ‘Arsy-Nya  yang berada diatas langit. dan menurut kesepakatan manusia langit bukanlah bumi. Ini menunjukkan bahwa Alloh dengan sifat ke Maha Esaan-Nya yang tunggal bersemayam diatas Arsy’-Nya, tidak menyatu dengan makhluk-Nya.
dalil lain :
- Lalu Al-Imam membawakan firman-firman Alloh pada Qs. Al-Fajr : 22, Qs.Al-Baqarah : 210, Qs. An-Najm : 8-13, dan An-Najm : 18 (Ini adalah perkataan Abah) -
Alloh berkata kepada Isa Bin Maryam :
“Sesungguhnya Aku akan mewafatkanmu dan mengangkat kamu kepada-Ku” (Al-Imraan : 55)
Alloh berfirman :
“Mereka tidak (pula0 yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa, tetapi (yang sebenarnya) Alloh telah mengangkat Isa kepada-Nya” (An-Nisaa : 157-158)

Sudah menjadi kesepakatan ummat (Islam-Abah) bahwa Alloh telah mengangkat Isa ke langit. Demikian juga dari isi doa kaum muslimin jika mereka semua berdoa kepada Alloh ketika turun musibah : “Wahai yang berada diatas langit..” dan juga dari isi sumpah mereka : “Tidak demi Dzat yang tertutup oleh tujuh lapis langit…”

Dalil lain :
Alloh berfirman :
“Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Alloh berkata-kata dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki.” (Qs. Asy-syuura : 51)
Ayat yang mulia ini telah memberi pengkhususan bagi manusia, tidak bagi yang lain diluar jenis manusia. jikalau ayat tersebut umum untuk semua jenis baik manusia ataupun tidak, tentunya untuk menghilangkan keraguan orang mendengar ayat ini maka isi pernyataan :
“dan tidak bisa bagi siapapun bahwa Alloh berkata-kata dengan-Nya kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan.”

Agar tidak membingungkan dan menjadikan keraguan bagi para pendengar. maka seharusnya dikatakan :
“Dan tidak ada bagi salah satu jenis dari berbagai jenis bahwa Alloh berkata-kata dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan.”

perkataan terakhir ini (yang ditebalkan-Abah) memasukkan semua jenis yang tidak dimasukkan oleh ayat ini.
Ini membuktikan bahwa ayat yang tersebut diatas merupakan kekhususan untuk bangsa manusia saja.

- Kemudian Beliau (Imam Abul Hasan) Menyebutkan pula dalil lainnya yaitu pada Qs. Al-An’am : 62, Al-An’am : 30, As-Sajdah : 12 – ini perkataan Abah -;

-sampai pada ayat (yang ini perkataan Abah)-

“dan mereka akan dibawa kehadapan Rabb-Mu dengan berbaris.” (Qs. Al-Kahfi : 48)
Semua ayat-ayat ini menunjukkan bahwa Alloh tidak berada didalam makhluk-Nya dan makhluknya juga tidak berada didalam dzat-nya, Dia Yang Maha Suci bersemayam diatas ‘Arsy-Nya dengan tanpa menanyakan kaifiyat. Maha Tinggi Alloh atas apa yang dikatakan orang-orang zhalim dan ingkar dengan ketinggian yang sebesar-besarnya. Mereka tidak menetapkan terhadap Alloh sifat yang hakiki dan tidak mewajibkan menyebut Alloh dengan ke Maha Esaan-Nya.
Semua perkataan mereka bermakna ta’thil (penolakan sifat) dan semua sifat yang mereka tetapkan menunjukkan penolakan sifat. Padahal sebagaimana yang mereka katakan : mereka ingin mensucikan Alloh dan menafikan penyerupaan makhluk terhadap Alloh.
Kita berlindung kepada Alloh dari pensucian yang mengandung penolakan sifat Alloh.
Dalil lain :
Alloh berfirman :
“Alloh (pemberi_ cahaya (kepada) langit dan bumi.” (QS. An-Nuur : 35)

Alloh menamakan Diri-Nya Nuur (Cahaya). Menurut para ulama cahaya mengandung 2 makna :
Cahaya yang terdengar dan cahaya yang terlihat.

Barangsiapa yang menyangka bahwa Alloh terdengar namun tidak terlihat, berarti ia membuat pernyataan keliru bahwa Alloh tidak terlihat dan juga pengingkaran terhadap kitabulloh dan sabda Rasul-Nya.
Para Ulama meriwayatkan dari Abdulloh bin Abbas bahwa beliau berkata :
“Pikirkanlah segala sesuatu dan jangan pikirkan Dzat Alloh. Sesungguhnya diantara langit ketujuh dan kursyi terdapat 7000 cahaya dan Alloh berada diatasnya.”
dalil Lain :
para Ulama rahimahumulloh meriwayatkan dari Nabi bahwa beliau bersabda :
“Sesungguhnya kaki seorang hamba tidak akan beranjak dari tempatnya dihadapan Alloh hingga ia ditanya tentang keilmuannya.” (Hadits Hasan Riwayat At-Tirmidzi (2419))
Para ulama juga telah meriwayatkan bahwa seorang lelaki datang kepada Nabi dengan membawa seorang hamba wanita yang hitam, ia berkata : Yaa Rosululloh, aku ingin memerdekakannya untuk membayar kafaratku, apakah aku boleh memerdekakannya?”
Lalu Rosululloh bertanya kepada hamba tersebut : “Dimanakah Alloh?”
Budak wanita itu menjawabnya : “Diatas Langit”
Rosululloh bertanya lagi : “Siapakah aku?”
Hamba itu menjawab : “Engkau adalah Rosululloh.”
Nabi lalu bersabda : “Merdekakanlah ia. karena ia seorang wanita mu’minah.” (Hr. Muslim 537)
Ini membuktikan bahwa Alloh berada diatas ‘Arsy-Nya yang ada di atas langit dengan ketinggian tidak lebih dekat dari ‘Arsy.

Posting By.Admin : Abahna Jibril

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda Perlu Informasi? Atau Anda Ingin Berkomentar? Silahkan Tulis Disini. Komentar yang dimuat hanya yang memenuhi syarat: bukan perdebatan, bukan gunjingan, kalimat yang sopan, dan bermanfaat bagi umat... Dan Maaf Kami Tidak Melayani Perdebatan.