“Biasanya mereka datang pagi hari ditemani gurunya berdoa ke makam,” kata Teungku Azwin, pengurus pondok di wilayah selatan Kabupaten Jombang itu, Sabtu lalu. Menurut Azwin, pelajar ramai memadati makam yang disebut oleh kalangan santri dan masyarakat nahdliyin sebagai makam penuh berkah (makbarok) itu sepanjang pekan lalu. M. Adib, guru dari Madrasah Aliyah Negeri Tambak Beras, saat ditemui setelah berdoa, mengungkapkan harapannya agar anak didiknya lulus 100 persen. “Semoga diberi kemudahan dalam mengerjakan ujian”, kata dia.
Memakmurkan Masjid dan Keutamaannya
Masjid adalah rumah Allah yang mana Dia diibadahi dan disebut-sebut nama-Nya di dalamnya. Masjid merupakan benteng kokoh umat Islam, sebagai tempat tarbiyah umat dan tempat kemuliaan. Bahkan Allah sendiri yang memuliakan masjid dan orang-orang yang memuliakan serta memakmurkan masjid. Allah ta’ala berfirman (artinya),“Dan Sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu mengibadahi seseorangpun di dalamnya di samping (mengibadahi) Allah” (QS. Jin: 18)
Masjid-masjid itu dibangun agar manusia mengerjakan shalat dan berdzikir kepada Allah, membaca Al-Qur’an dan taqarrub kepada-Nya, merendah di hadapan-Nya, berdoa dan memohon segala hajat dan kebutuhan kepada-Nya serta mengharapkan pahala di sisi-Nya.
Memakmurkan masjid merupakan bentuk ibadah yang agung di sisi Allah. Memakmurkan masjid bisa dengan berbagai hal, diantaranya membangun, membersihkan, membentangkan permadani, meneranginya dan masih banyak lagi bagian-bagian dari pemerliharaan masjid. Adapula memakmurkan masjid dengan i’tikaf di dalamnya, shalat dan senantiasa mendatanginya dengan berjama’ah, mengajarkan ilmu-ilmu yang bermanfaat, membaca Al-Qur’an, belajar dan mengajarkannya. As-Sunnah telah menjelaskan keutamaan dan balasan yang besar dalam memakmurkan, membangun dan memelihara masjid.
Dari Utsman radhiyallahu ‘anhu telah mendengar Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda artinya, “Barangsiapa telah membangun masjid karena Allah Subhanahu wa Ta’ala (Bukair berkata, Saya menyangka beliau berkata dengan mengharap wajah Allah), maka Allah akan membangunkannya rumah di Jannah” (HR. Muslim)
Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu berkata, Sesungguhnya ada seorang wanita berkulit hitam yang berkhidmat pada masjid (dalam riwayat lain; seorang pemuda). Suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melihatnya, maka beliau bertanya tentang dia, para shahabat menjawab, Ia telah meninggal. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah tidak ada kemampuan bagimu untuk memberitahukan kepadaku (tentang kematiannya)?”. Ada yang menjawab, sepertinya mereka menganggap kecil masalah itu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tunjukkan padaku kuburannya, maka ditunjukkanlah beliau pada kuburan tersebut”. Beliau mendo’akannya kemudian bersabda artinya, “Sesungguhnya ahli kubur ini dipenuhi kegelapan dan Allah meneranginya dengan shalatku terhadap mereka” (HR. Muslim)
Demikian juga, telah datang berbagai dalil yang menyebutkan keutamaan orang-orang yang mendatangi masjid untuk shalat, berdzikir, berdo’a, membaca Al-Qur’an, bermajelis ta’lim. Bahkan Allah memberikan keutamaan yang besar bagi orang-orang yang mengunjungi masjid, berkumpul untuk mempelajari agama Islam dengan penjagaan dari-Nya, turunnya rahmat dan ketenangan atas mereka serta doa dari para malaikat.
Mengenai keutamaan shalat berjama’ah di masjid, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya), “Shalat seseorang (di masjid dengan berjama’ah) itu dilebihkan dengan 25 derajat dari shalat yang dikerjakan di rumah dan di pasar, sesungguhnya salah seorang di antara kalian jika berwudhu kemudian menyempurnakannya lalu mendatangi masjid, tak ada keinginan yang lain kecuali untuk shalat, maka tidaklah ia melangkah dengan satu langkah pun kecuali Allah mengangkatnya satu derajat, dan terhapus darinya satu kesalahan hingga ia masuk masjid …” (HR. Muttafaqun ‘alaih)
Dan berbagai keutamaan lainnya yang sangat banyak yang akan Allah berikan bagi orang-orang yang memakmurkan masjid-Nya dengan berbagai ibadah kepada Allah.
Mereka Menjadikan Kuburan Orang-Orang Shaleh Sebagai Masjid
Lalu, apa jadinya jika ada tempat lain yang “disamakan” fungsinya sebagai masjid, yakni sebagai tempat ibadah layaknya masjid? Ya, itulah tempat yang dinamakan dengan kuburan, lebih tepatnya kuburan atau makam orang-orang yang dianggap shaleh atau kuburan keramat.
Jika kita mengunjungi makam-makam orang shaleh yang dikeramatkan –khususnya pada malam-malam tertentu, semisal malam likuran (bahasa jawa, yakni malam-malam di atas malam dua puluh pada bulan Ramadhan)-, maka kita akan menjumpai betapa banyaknya manusia yang mendatangi makam-makam itu dan melakukan berbagai macam ibadah di dalamnya. Berbagai macam ibadah akan bisa kita temukan disana yang dikerjakan oleh manusia. Ibadah-ibadah yang selayaknya dilakukan di masjid-masjid, lalu mereka alihkan ke makam-makam orang shaleh itu.
Mereka ada yang semalam suntuk beri’tikaf di kuburan-kuburan itu (khususnya pada malam likuran) pada bulan Ramadhan. Bahkan kuburan akan menjadi penuh sesak oleh manusia yang berkunjung ke makam-makam itu pada malam likuran tersebut. Ada yang membaca Al-Qur’an, berdo’a di hadapan kuburan, istighosah berjama’ah, berdzikir, dan bermacam ibadah lainnya yang dilakukan di kuburan-kuburan itu.
Pada umumnya, kuburan-kuburan yang dikeramatkan itu dibangun sedemikian indahnya. Hiasan kain kelambu yang begitu cantik sehingga mengalahkan kamar pengantin. Tidak tanggung-tanggung, pembangunan kuburan-kuburan itu menelan dana yang sangat besar! Mulai dari pembangunannya, pemeliharaannya, pemugarannya dan berbagai keperluan perawatan yang menghabiskan biaya besar juga. Bahkan dijadikan sebagai cagar budaya dan wisata religi! Allahulmusta’an. Itulah fenomena yang bisa anda dapatkan di makam-makam Wali Songo dan berbagai makam yang dikeramatkan lainnya.
Riset Membuktikan, Mereka Melakukan Kesyirikan!
Mahasiswa Sunan Ampel pernah mengadakan riset untuk menanyakan kepada orang-orang peziarah perihal niat dan tujuan mereka kesana (makam Wali Songo). Dalam riset itu menyebutkan bahwa tujuan mereka kesana bermacam-macam. Ada yang mencari berkah sunan, dan meminta agar sawahnya kelak memiliki hasil yang banyak. Di antara mereka juga ada yang berniat bertawasul dengan Sunan Giri. Ada di antara mereka yang mengaku bahwa diri mereka penuh dosa, makanya mereka ingin mendekat kepada orang suci agar doa mereka dikabulkan.
Dari hasil akhir riset para mahasiswa itu dapat disimpulkan bahwa 90% mereka (para peziarah makam wali) itu melakukan kesyirikan!
Seburuk-buruk Makhluk Di Sisi Allah Adalah …
Allah melaknat orang-orang Yahudi dan Nasrani karena mereka menjadikan kuburan para Nabi dan orang-orang shaleh di antara mereka sebagai masjid, yakni sebagai tempat ibadah. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya), “Allah melaknat orang-orang Yahudi dan nasrani. Mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid (tempat ibadah)” (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad dari Aisyah radhiyallaahu ‘anhaa)
Dari Aisyah radhiyallaahu ‘anhaa, dia bercerita, ketika Nabi jatuh sakit, maka beberapa orang istri beliau sempat membicarakan tentang sebuah gereja yang terdapat di Habasyah yang diberi nama Maria. Kemudian mereka menceritakan tentang keindahan gereja dan gambar-gambar yang terdapat di dalamnya. Aisyah radhiyallaahu ‘anhaa melanjutkan cerita, Kemudian nabi mengangkat kepalanya dan bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang jika ada orang-orang shaleh di antara mereka wafat, mereka akan membangunkan masjid di makamnya itu, lalu mereka memberi berbagai macam gambar di tempat tersebut. Mereka adalah seburuk-buruk makhluk di sisi Allah (pada hari kiamat kelak)” (HR. Bukhari, Muslim, An-Nasa`I, Ibnu Abi Syaibah dan lainnya)
Walaupun dalam hadits di atas ditujukan untuk kaum Ahli Kitab, namun tidak menutup kemungkinan hukum tersebut akan menimpa kaum muslimin jika kaum muslimin menjadikan kuburan orang-orang shaleh sebagai masjid-masjid yang di dalamnya ditegakkan berbagai macam ibadah.
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu berkata, Aku mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya seburuk-buruk manusia adalah orang yang mendapati terjadinya hari kiamat dalam keadaan hidup, dan juga orang yang menjadikan kuburan/makam sebagai masjid (tempat ibadah)” (HR. Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, Ibnu Abi Syaibah dan lainnya)
Jadi, tidaklah salah jika kita mengatakan adanya perangai-perangai kaum muslimin sebagaimana perangai-perangai Yahudi dan Nasrani (ahli kitab). Diantara kaum muslimin yang memiliki perangai ahli kitab adalah mereka yang menjadikan kuburan/makam orang-orang shaleh sebagai masjid. Atau dengan kata lain, mereka yang menjadikan makam orang shaleh sebagai makam/kuburan keramat yang di dalamnya manusia melakukan berbagai ibadah semisal shalat, berdzikir, berdoa, membaca Al-Qur’an, beri’tikaf dan ibadah lainnya.
Jika anda tidak ingin disebut sebagai seburuk-buruk makhluk di sisi Allah, maka jangan jadikan kuburan sebagai masjid-masjid yang di dalamnya dijadikan sebagai tempat ibadah. Allahua’lam bish-showab.
Ditulis oleh Abu Shofiyah Aqil Azizi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda Perlu Informasi? Atau Anda Ingin Berkomentar? Silahkan Tulis Disini. Komentar yang dimuat hanya yang memenuhi syarat: bukan perdebatan, bukan gunjingan, kalimat yang sopan, dan bermanfaat bagi umat... Dan Maaf Kami Tidak Melayani Perdebatan.