Ketahuilah wahai saudaraku - semoga Allah merahmatimu - di antara perkara yang termasuk keimanan kepada hari Akhir dalam pandangan Ahlus Sunnah adalah meyakini dengan keyakinan yang kuat tentang adanya surga dan neraka yang Allah peruntukkan sebagai tempat pembalasan amal perbuatan yang dilakukan oleh hamba-hamba-Nya di dunia. Adapun surga merupakan Daaruts Tsawaab (tempat balasan amal sholih) diperuntukkan bagi hamba-hamba-Nya yang melakukan ketaatan kepada-Nya dari kalangan orang-orang beriman, ahli tauhid dan bertakwa. Sedangkan neraka adalah Daarul ‘iqoob (tempat penyiksaan) yang abadi sebagai tempat kembalinya orang-orang kafir, musyrikin, munafiq (nifaq I’tiqody) dan dari kalangan ahli tauhid yang melakukan kemaksiatan sesuai dengan kadar dosanya kemudian Allah masukkan mereka ke dalam surga.[1]
Amal ketaatan lagi sholih bukanlah merupakan sebab utama yang memasukkan seseorang ke dalam surga, namun hanyalah surga itu diraih berkat karunia Allah kepada hamba-Nya. Hal tersebut dikarenakan bahwa seberapapun banyaknya amal shalih yang dilakukan seorang hamba tidak akan mampu mengganti surga dan kenikmatan serta keindahan di dalamnya. Sedangkan seseorang masuk neraka adalah akibat dari kekufuran yang dilakukannya di dunia dan hal ini sebagai bentuk keadilan Allah terhadap hamba-Nya karena telah melakukan kekufuran, dan bukan karena kedzoliman Allah terhadap hamba-Nya.[2]
Surga dan neraka adalah dua makhluk Allah yang telah Allah ciptakan dan telah sempurna sebagai tempat yang dikehendaki kekekalannya lagi abadi dan tidak akan musnah selamanya, bukanlah sesuatu yang baru Allah menciptakan keduanya kelak ketika hari kiamat tiba sebagaimana keyakinannya orang-orang mu’tazilah dan zaidiyyah. Telah ada saat ini, baik ketika Allah berfirman (di dalam al-Qur’an) atau ketika mengutus Nabi-Nya sebelum itu, bahkan Allah ciptakan keduanya sebelum Allah menciptakan Adam dan anak keturunannya.[3]
Allah berfirman dalam surat al-Baqarah: 35 dan al-A’raf:19 yang artinya: “…wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga….”[4].
Para pembaca yang mulia, karena panjangnya pembahasan masalah ini, maka penyusun akan menghadirkannya dalam dua bagian. Pada edisi ini, yang penyusun ketengahkan adalah bagian I yaitu tentang indahnya surga.
Definisi Surga
Surga dalam bahasa Arab disebut Jannah berarti taman yang di dalamnya terdapat pemandangan indah dan pepohonan yang rindang. Surga dinamakan jannah karena Allah menyediakan bagi orang-orang yang bertakwa tempat tinggal yang indah, di dalamnya dikelilingi taman-taman yang indah, dan dipenuhi pepohonan yang rindang dengan buah-buahnya yang tidak pernah berhenti dan terputus, serta dikelilingi sungai-sungai yang mengalir dari air yang jernih, susu yang tidak berubah aroma dan rasanya, arak yang lezat dan madu yang murni.
Dimanakah Letak Surga?
Para pembaca yang dirahmati Allah, surga adalah tempat kemulian, merupakan tempat kembalinya orang-orang yang mulia, sehingga ia berada di tempat yang tinggi lagi mulia, yaitu di langit ke tujuh di sisi “sidratul muntaha”. Allah berfirman dalam surat an-Najm: 14-15 yang artinya: ”(yaitu) di sidratul muntaha, di dekatnya terdapat surga tempat kembali ”.
Surga memiliki seratus tingkatan yang jarak satu tingkat dengan tingkat lainnya sejauh jarak antara langit dan bumi, Nabi bersabda: “Sesungguhnya surga memiliki seratus tingkatan yang Allah sediakan bagi orang-orang yang berjihad fi sabilillah, yang jarak antara tingkat satu dengan tingkatan lainnya sejauh jarak antara langit dan bumi. ” (HR. al-Bukhari no. 2790 dari sahabat Abu Hurairah)
Tingkatan surga yang paling tinggi adalah surga firdaus yang di atasnya terdapat ‘Arsy ar-Rahman dan darinya terpancar sungai-sungai surga. Sebagaimana sabda Nabi: “Maka apabila engkau memohon mohonlah surga firdaus karena ia adalah surga yang (terletak) paling tengah dan yang paling tinggi, di atasnya ‘arsy ar-Rahman dan darinya terpancar sungai-sungai surga. ” (HR. al-Bukhori no. 3257 dari sahabat Abu Hurairah)
Namun sebaliknya, neraka adalah tempat kembali orang-orang yang rendah lagi hina, maka ia berada di tempat yang paling rendah, yaitu di bumi ketujuh yang paling bawah sebagaimana perkataan Ibnu Abbas[5]. Allah berfirman dalam surat at-Tin: 5 yang artinya: “kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya”.
Keindahan dan Luasnya Surga
Para pembaca yang mulia, surga sangatlah luas, Allah menggambarkan luasnya surga seperti luasnya langit dan bumi. Allah berfirman dalam surat Ali Imran: 133 yang artinya: “Dan bersegeralah kamu pada ampunan Rabb-mu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.”
Rasulullah bersabda: “Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya jarak antara dua sisi pintu dari pintu-pintu surga seperti jarak antara kota Mekkah dan Hajar (kota dekat Dammam dan Ahsa’) ” (HR. al-Bukhari no. 3340 dan Muslim mo. 194 dari sahabat Abu Hurairah)
Tentang keindahannya, Allah telah menyediakan bagi orang-orang yang beriman, surga dengan keindahannya yang luar biasa dan sempurna yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah pula terlintas oleh angan-angan manusia. Allah berfirman dalam surat as-Sajdah: 17 yang artinya: “Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam kenikmatan) yang menyejukkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan”.
Pada sebuah hadits qudsi Rasulullah bersabda, Allah berfirman yang artinya: “Aku telah mempersiapkan bagi hamba-hamba-Ku yang shalih kenikmatan (di surga) yang tak pernah terlihat oleh mata, tidak pula terdengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas di hati manusia” (HR. al-Bukhari no. 3244 dan Muslim no. 2824)
Surga begitu indah dan mempesona di mana tanahnya terbuat dari minyak ja’faron, kerikilnya terbuat dari mutiara dan intan, batu batanya terbuat dari emas dan perak. Sebagaimana sabda Rasulullah yang artinya: ”Batu bata (di surga) dari emas dan perak, lumpur (untuk mengecat) dindingnya terbuat dari minyak kesturi, kerikilnya terbuat dari mutiara dan intan, tanahnya terbuat dari minyak ja’faron. Siapa yang masuk kedalamnya, ia tidak akan sakit, ia kekal dan tidak akan mati, tidak usang bajunya dan tidak pula hilang masa mudanya” (HR. Ahmad no.2 hal 304, at-Tirmidzi no. 2526, dari sahabat Abu Hurairah dan dishohihkan oleh al-Albani di shahih Sunan at-Tirmidzi no. 2526)
Sungai-Sungai Surga
Para pembaca yang mulia, Allah berfirman dalam surat Muhammad: 15 yang artinya: “Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka”. Imam Ibnul Qayyim berkata: “sungai-sungai tersebut mengalir di bawah-bawah kamar, istana-istana, dan kebun-kebun mereka.” [6]
Rasulullah bersabda yang artinya: “Al-Kautsar adalah sungai di surga, kedua tepinya terbuat dari emas, alirannya di atas mutiara dan permata yaqut, tanahnya lebih harum dari minyak kesturi, airnya lebih manis daipada madu, dan lebih putih daripada salju.[7]” (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari sahabat Abdullah ibn Umar, dan disahihkan oleh al-Albani di Shohih Sunan at-Tirmidzi no. 3361)
Rumah dan Istana Surga
Para pembaca yang mulia, penghuni surga adalah manusia paling mulia di sisi Allah, maka Allah menyediakan bagi mereka tempat tinggal yang indah dan mulia. Rasulullah bersabda: “Aku masuk surga, tiba-tiba aku berada di istana yang terbuat dari emas.” (HR. at-Tirmidzi no. 3688, lihat ash-Shohihah no. 1405)
Rumah dan istana yang disediakan bagi orang yang bertakwa di surga sangatlah banyak –hanya Allah yang mengetahui jumlahnya-. Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang membaca (Qul huwallaahu Ahad) hingga mengkhatamkannya sepuluh kali (10x), maka Allah akan membangunkan baginya satu istana di surga. Umar berkata: kalau begitu istana kita akan banyak Ya Rasulallah! Beliau bersabda: (Apa-apa yang ada di sisi) Allah lebih banyak dan lebih baik. [8]” (HR. Ahmad dari sahabat Mu’adz bin Anas al-Juhani, lihat ash-Shohihah no. 589)
Taman, Pepohonan dan Buah-Buahan di Surga
Para pembaca yang mulia, rumah dan istana penghuni surga dihiasi dengan taman yang indah dan dikelilingi pepohonan yang rindang dengan buah-buahannya yang tidak pernah berhenti dan terputus. Allah berfirman dalam surat al-Waqi’ah: 27-30 yang artinya: “Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. (mereka) berada di antara pohon bidara yang tidak berduri, pohon pisang yang bersusun (buahnya), dan naungan yang terbentang luas.”
Rasulullah bersabda yang artinya: “Tidak ada pohon di surga melainkan tangkainya terbuat dari emas.” (HR. at-Tirmidzi dari sahabat Abu Hurairah, dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Sunan at-Tirmidzi no. 2525)
Adapun rasa dari buah-buahan di surga sangat lezat dan nikmat serta tidak pernah berhenti dan terputus walaupun hanya sesaat. Allah berfirman dalam surat al-Waqi’ah: 32-33 yang artinya: “dan buah-buahan yang banyak, yang tidak pernah berhenti (buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya.”
Ibnu Katsir berkata: “Artinya, di sisi penghuni surga terdapat buah-buahan yang beraneka ragam bentuk dan warnanya namun rasanya berbeda satu sama lainnya, belum pernah dilihat mata, terdengar telinga atau terlintas di hati manusia. Buah-buahannya tidak pernah berhenti baik di musim dingin maupun panas, akan tetapi ia selalu ada dan kekal selama-lamanya, kapan pun penghuni surga memintanya mereka selalu mendapatkannya, dan mereka tidak dihalangi dari suatu apapun yang mereka minta atas kekuasan Allah.”[9]
Allah juga berfirman dalam surat al-Haqqoh: 23 yang artinya: “Buah-buahannya dekat”. Ibnu Abbas berkata: “Apabila penghuni surga ingin mengambil buah-buahan surga, maka buah tersebut turun mendekat sehingga diapun mengambil apa yang ia sukai.” Bara’ bin ‘Azib berkata: “mereka memetik buah dengan berbaring.”[10]
Rasulullah bersabda yang artinya: “Sesungguhnya pernah dinampakkan surga kepadaku, aku pun melihat keindahan dan keelokan di dalamnya, lalu aku mengulurkan tanganku untuk memetik setangkai buah anggur agar aku dapat membawanya ke hadapan kalian, namun ada sesuatu yang menghalangiku darinya, seandainya aku dapat membawa kepada kalian niscaya buah tersebut cukup dimakan semua yang ada di antara langit dan bumi dan tidak akan kurang.” (HR. Ahmad no. 352-353 dan Muslim no. 904)
Makanan, Minuman, dan Pakaian Penghuni Surga
Para pembaca yang mulia, Allah tabaraka wata’ala menyediakan bagi penghuni surga beraneka ragam makanan yang lezat. Allah berfirman dalam surat ath-Thur: 22 yang artinya: “Dan Kami beri mereka tambahan dengan buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka inginkan.”
Rasulullah bersabda yang artinya: “Penghuni surga makan dan minum namun tidak mengeluarkan ingus, tidak buang air besar dan tidak pula buang air kecil. Makanan mereka menjadi sendawa dan (keringat) yang baunya seperti bau minyak kesturi.” (HR. Muslim no. 2835 dari Sahabat Jabir bin Abdillah)
Adapun pakaian penghuni surga adalah pakaian berwarna hijau dari kain sutra yang halus dan tebal sebagai bentuk pemuliaan Allah kepada mereka karena keimanan dan ketakwaan mereka di dunia.[11]
Istri-Istri (Bidadari) di Surga
Para pembaca yang mulia, inilah yang kita tunggu-tunggu, yang dengannya semakin kita rindu kepada surga. Ya, mendapatkan seorang Bidadari sebagai istri-istri penghuni surga yang sangat cantik jelita ibarat bulan purnama, wajah mereka indah dan mempesona, mereka adalah wanita-wanita suci yang belum pernah disentuh oleh jin ataupun manusia. Allah berfirman dalam surat al-Baqarah: 25 yang artinya: “Dan untuk mereka ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya”.
Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas berkata: “(istri-istri surga) mereka tidak haid, tidak mengeluarkan hadats (kencing dan kotoran) dan tidak pula mengeluarkan ingus. “ Mujahid berkata: “Mereka tidak kencing dan tidak buang kotoran besar, tidak mengeluarkan madzi dan mani, tidak meludah, tidak mengeluarkan ingus dan tidak pula melahirkan.”[12]
Rasulullah bersabda yang artinya: “Kalau seandainya wanita surga menengok ke bumi, niscaya antara langit dan bumi bercahaya dan penuh dengan bau harum, dan jilbab bidadari lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR. al-Bukhari no.2796 dari sahabat Anas bin Malik)
Orang-orang yang beriman di dalam surga bersenang-senang dengan istri-istri mereka sampai lupa dengan penghuni neraka, sehingga tidak ingat dan tidak memperhatikan mereka. Allah berfirman dalam surat Yasin: 55-56 yang artinya: “Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan, mereka berada di tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan.”
Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas berkata: “(bersenang-senang dalam kesibukan) artinya mereka sibuk memecahkan keperawanan bidadari.” Muqotil berkata: (bersenang-senang dalam kesibukan) mereka sibuk memecahkan keperawanan bidadari sampai lupa dengan penghuni neraka, sehingga mereka tidak ingat dan tidak memperhatikan mereka.”[13]
Dan penghuni surga mereka diberi kekuatan seratus orang dalam berjima’. Sebagaimana sabda Nabi yang artinya: “Orang-orang yang beriman di surga diberi kekuatan demikian-demikian dalam berjima’. Para sahabat bertanya: Ya Rasulallah, apakah ia bisa melakukan hal itu (jima’)? Beliau bersabda: Ia diberi kekuatan seratus orang.” (HR. at-Tirmidzi no. 2536 Syaikh al-Albani berkata: hadits hasan shahih dalam Shahih Sunan at-Tirmidzi )
Para Salafus Shalih, mereka sangat rindu kepada bidadari di surga dengan memperbanyak amal shalih dan meninggalkan kesenangan dunia yang menipu dan sementara. Sebagaimana al-Hasan al-Bashri berkata: “Wahai para pemuda, tidakkah kalian rindu dengan bidadari?”[14]
Penghuni Surga Dikumpulkan Bersama Keluarga Mereka
Para pembaca yang mulia, tahukah Anda bahwasanya Allah akan menyatukan orang-orang beriman pada hari kiamat dengan keluarganya tang beriman dan orang-orang yang dicintainya? Allah berfirman dalam surat at-Thur: 21 yang artinya: “Dan orang-orang yang beriman dan anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.
Setelah mereka dikumpulkan bersama keluarga dan sahabatnya, mereka pun bernostalgia saling mengingat-ingat amalan yang mereka kerjakan di dunia. Allah berfirman dalam surat at-Thur: 25-28 yang artinya: ”Dan sebagian mereka menghadap kepada sebagian yang lain saling bertanya. Mereka berkata: "Sesungguhnya kami dahulu, sewaktu berada di tengah-tengah keluarga, kami merasa takut (akan diazab)". Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka. Sesungguhnya kami dahulu menyembah-Nya. Sesungguhnya Dia-lah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang.”[15]
Kenikmatan Surga yang Paling Tinggi
Termasuk perkara yang paling agung dan paling mulia yang paling tinggi kedudukannya di mata Ahlussunnah, sebaliknya paling keras bagi Ahlu Bid’ah dan aliran sesat adalah melihat wajah Allah di Surga. Hal ini merupakan kenikmatan terbesar yang Allah sediakan bagi penghuni Surga. Allah berfirman dalam surat Yunus: 26 yang artinya: “Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (melihat wajah Allah). Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka Itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.” Dan dalam surat al-Qiyamah: 22-23 yang artinya: “Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Rabb-nya mereka melihat”. Demikian pula ketetapan melihat wajah Allah ditetapkan oleh hadits Nabi yang shahih, pada riwayat muslim no. 181 dari sahabat Suhaib.
Demikianlah kajian ringkas mengenai indahnya surga walau belum bisa sepenuhnya menggambarkan keindahan surga yang hakiki, namun cukuplah hal ini sebagai gambaran dan menjadi motivasi bagi para pembaca mulia, terkhusus bagi para penuntut ilmu agar selalu memperbaharui dan meluruskan niat dalam belajar dan mengajar hanya untuk mengharap ridho Allah dan surga-Nya. Bukan karena tujuan dunia atau sanjungan manusia, dan juga menjadi sugesti bagi orang-orang yang beramal agar semakin bersungguh-sungguh dan berlomba-lomba dan memperbagus dan memperbanyak ibadah dan amal shalih sesuai sunnah Nabi untuk meraih surga firdaus.
Sumber:
- At-Ta’liiqaat al-Mukhtasharah ‘ala ‘Aqiidah at-Thahawiyyah karya Syaikh Dr. Sholih bin Fauzan al-Fauzan
- Al-.Wajiz fii Aqidatis Salafish Shalih karya Syaikh Abdullah bin Abdul Hamid al-Atsary
- It-haaful Saa-il bimaa fiit Thahawiyyah min Masaa-il” karya Syaikh Sholih bin Abdul Aziz Alu Syaikh
- Majalah adz- Dzakhirah vol. 7 no. 9 tahun 1430 H
- Syarh Lum’ah al-I’tiqad Ibnu Qudamah karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin
- Ushulul Iman fi Dhou’il kitab wassunnah, kitab ini merupakan hasil tulisan bersama dari Syaikh Dr. Shalih bin Sa’ad as-Suhaimi, Syaikh Dr. Abdur Razaq bin Abdul Muhsin al-‘Abbad, dan Syaikh Dr. Ibrahim bin Amir ar-ruhaily yang telah dikoreksi oleh Syaikh Dr. Ali bin Muhammad Nashir Faqihi dan Syaikh Dr. Ahmad bin ‘Athiyyah al-Ghomidiy
[1] . Lihat kitab “ushulul Iman fi Dhou’il kitab wassunnah” hal 327 dan kitab al-.Wajiz fii Aqiodatis Salafish Shalih hal 77 karya Syaikh Abdullah bin Abdul Hamid al-Atsary.
[2] . Lhat kitab “At-Ta’liiqaat al-Mukhtasharah ‘ala ‘Aqiidah at-Thahawiyyah” karya Syaikh Dr. Sholih bin Fauzan al-Fauzan hal 184, ”It-haaful Saa-il bimaa fiit Thahawiyyah min Masaa-il” karya Syaikh sholih bin Abdul Aziz Alu Syaikh hal 549-550.
[3] . Lihat kitab”It-haaful Saa-il bimaa fiit Thahawiyyah min Masaa-il” karya Syaikh sholih bin Abdul Aziz Alu Syaikh hal 545-547.
[4] . Dalil-dalil mengenai surga dan neraka telah tercipta dan telah ada keberadaannya sekarang banyak disebutkan dalam al-Qur’an, diantaranya: al-Baqarah: [24,25,35], Ali Imran: [131,133], an-Najm: [13-15], al-Hadid: ]21], an-Nabaa’: [21,22]…dst.
[5]. Lihat kitab “ushulul Iman fi Dhou’il kitab wassunnah” hal 328 dan pembahasan mengenai neraka akan lebih lanjut penyusun terangkan pada pembahasan Dahsyatnya Siksa Neraka -insya Allah-.
[6] . Lihat Hadi al-Arwah hal 236)
[7] . Pada riwayat yang dikeluarkan muttafaqun ‘alihi dengan lafadz: (“… airnya lebih putih daripada susu…”)
[8] . Renungkanlah wahai saudaraku yang mulia, dalam hadits di atas betapa mudahnya ajaran Islam yang dibangun di atas asas kemudahan bagi pemeluknya untuk meraih surga dengan cara-cara yang sangat mudah bahkan ada hal-hal yang tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun, seperti pada hadits di atas, namun siapa diantara kita yang konsisten dalam mengamalkannya??! Alih-alih, malah kebanyakan kaum muslmin melakukan dzikir/doa dengan cara-cara yang tidak pernah dituntukan oleh Nabi, seperti Ilaahii lastu lifirdausi a’la walaa aqwaa ‘alal jahiimi…dst.
[9] . Lhat Tafsir Ibnu Katsir, VII/ 529-530 cet. Dar at-Thayyibah
[10] . Lihat Hadi al-Arwah hal 230-231
[11] .Lihat dalam surat ad-Dukhan: 51-53 dan al-Kahfi:30-31
[12] . Lihat Hadi al-Arwah hal 284
[13] . Lihat Hadi al-Arwah hal 310
[14] . Syarh Abyat al-Jannah hal 214, karya Mahmud Syukri al-Alusi
[15] . Duhai alangkah indahnya pemandangan seperti itu! Sebuah kekekalan dan keabadian dalam kenikmatan yang tak pernah berhenti dan terputus walau barang sesaat. Marilah sidang pembaca, kita senantiasa meningkatkan amal sholih kita untuk meraih keridhoan Allah dengan selalu meniti sunnah Nabi dan para Sahabatnya, dalam ilmu dan amal, sampai malakul maut menjemput kita. Aamiin!
0 komentar:
Posting Komentar
Anda Perlu Informasi? Atau Anda Ingin Berkomentar? Silahkan Tulis Disini. Komentar yang dimuat hanya yang memenuhi syarat: bukan perdebatan, bukan gunjingan, kalimat yang sopan, dan bermanfaat bagi umat... Dan Maaf Kami Tidak Melayani Perdebatan.