Tentang Kami

Pengikut

Jumat, 10 Juni 2011

Membuang Dahak di Masjid saja Terlarang, Apalagi Ngebom? (Menilik Berbagai Tragedi Pengeboman)

Islam mengajarkan kepada manusia adab dan akhlak mulia. Tidak usah mencari ke selain Islam untuk mendapatkan pelajaran adab dan akhlak mulia. Cukuplah Islam sebagai acuan utama dalam mendapatkan pelajaran adab dan akhlak. Begitulah Islam dengan kesempurnaannya.

Berbicara tentang adab dan akhlak, Islam memberikan porsi yang cukup besar untuk pelajaran adab dan akhlak. Islam mengajarkan apa saja adab dan akhlak mulia dan memerintahkan manusia untuk beradab dan berakhlak mulia tersebut sehingga manusia bisa mengamalkannya dalam kehidupannya sehari-hari. Islam juga memperingatkan manusia dari adab dan akhlak buruk serta melarang manusia darinya sehingga manusia bisa menjauhinya.


Berikut ini adalah pelajaran adab dan akhlak yang kami ambil dari hadits-hadits dalam kitab Adabul Mufrod karya Imam Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il Al-Bukhori pada bab imaathatul adzaa (bab tentang Menyingkirkan Gangguan). Tulisan ini sekaligus sebagai kritik atas apa yang telah dilakukan oleh orang-orang yang mengaku sebagai mujahid, namun sejatinya mereka bukan mujahid yang melakukan berbagai aksi pengeboman di berbagai tempat khususnya di negeri kita ini.

Keutamaan Menyingkirkan Gangguan
Hadits pertama: Dari Abu Barzah Al-Aslami, ia berkata, Aku berkata kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam (artinya), “Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku amal perbuatan  yang bisa memasukkanku ke dalam surga” Beliau bersabda (artinya), “Singkirkanlah gangguan dari jalan manusia” (HR. Bukhari)

Dalam hadits di atas, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menerangkan kepada kita tentang sebuah amalan yang bisa menjadikan seorang hamba masuk ke dalam surga. Amalan itu adalah menyingkirkan gangguan dari jalan manusia. Gangguan itu bisa bermacam bentuknya, bisa berupa duri, batu, genangan air, kotoran dan yang semisalnya yang bisa menghalangi jalan manusia dan dihindari oleh manusia.

Hadits kedua: Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, “Seorang muslim berjalan melewati sebuah duri di jalan, lalu ia berkata, ‘Sungguh aku akan singkirkan duri ini agar tidak membahayakan orang muslim,’ lalu ia diampuni dosanya” (HR. Bukhari)

Dalam hadits di atas, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam juga menerangkan kepada kita keutamaan menyingkirkan duri dari jalanan yang biasa dilewati oleh kaum muslimin. Dan duri merupakan gangguan. Dalam hadits di atas juga terdapat keterangan akan keutamaan amalan yang bermanfaat bagi kaum muslimin.

Hadits ketiga: Dari Abu Dzar Al-Ghifari radhiyallaahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Diperlihatkan kepadaku amalan-amalan umatku, yang baiknya dan yang buruknya. Maka aku mendapati dalam amalan-amalan baiknya adalah  bahwa gangguan disingkirkan dari jalan. Dan aku mendapati dalam amalan-amalan buruknya adalah membuang dahak di dalam masjid tidak ditutup dengan tanah” (HR. Muslim)

Hadits di atas menerangkan kepada kita bahwa Allah telah memperlihatkan kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam seluruh amalan umat ini, amal kebaikannya dan amal keburukannya. Semuanya telah diperlihatkan kepada beliau. Dan ini hanya didapati di dalam Islam. Oleh karena itu, manusia tidak perlu lagi mencari agama selain Islam. Jika seseorang menghendaki seluruh keterangan dan penjabaran amalan apa sajakah yang merupakan kebaikan, maka Islamlah jawabannya. Sehingga setiap amal yang menurut agama Islam adalah kebaikan, maka kita akan mendapati Islam akan memerintahkan manusia untuk mengamalkannya. Demikian juga sebaliknya, seluruh amal yang menurut Islam merupakan keburukan, maka kita akan mendapati bahwa Islam telah memerintahkan manusia untuk menjauhinya.

Sekali lagi, hadits di atas juga menerangkan kepada kita tentang sebuah amal kebaikan yang bermanfaat bagi manusia, yakni menyingkirkan gangguan dari jalan. Hadits di atas juga mendorong kita untuk melakukan segala amalan yang bermanfaat bagi manusia serta menjauhi segala amalan yang membahayakan manusia.
Hadits di atas juga merupakan dalil tentang wajibnya menjaga kehormatan masjid, menjaga kebersihannya, membersihkannya dari segala kotoran, seperti ludah, dahak, sampah, rokok dan asapnya serta berbagai benda yang bisa mengotori masjid.

Hadits di atas juga menggambarkan kepada kita tentang gambaran masjid Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, bahwa masjid pada zaman beliau tidak berlantaikan keramik, namun masih merupakan pasir dan tanah. Oleh karena itu, jika seseorang meludah atau membuang dahak di dalam masjid, maka Rasulullah memerintahkannya untuk menutup ludah atau dahaknya itu dengan tanah.

Ludah dan dahak bukanlah benda najis. Keduanya juga tidak berbau, tapi bisa mengotori majid. Sungguhpun begitu, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam tetap memerintahkan kita untuk menyingkirkannya dengan cara menimbunnya. Atau kalau kita melihat keadaan masjid sekarang, jika ada ludah dan dahak yang mengotori lantai masjid, kita diperintahkan untuk mengelapnya dan menyingkirkannya. Lalu bagaimana dengan orang yang dengan seenaknya merokok di dalam masjid? Sungguh rokok lebih layak kita singkirkan dari masjid kaum muslimin.

Realita Bom dan Pelakunya
Setelah kita tahu keutamaan-keutamaan besar dari amalan menyingkirkan gangguan dari jalan dan membuang kotoran dari dalam masjid, lalu bandingkanlah dengan kelakuan dari orang-orang yang melakukan pengeboman dari para teroris itu!

Ketika Islam memerintahkan umatnya untuk menyingkirkan gangguan dari jalan kaum muslimin, para teroris itu justru mendatangkan gangguan di jalan-jalan kaum muslimin. Lihatlah berbagai peristiwa pengeboman yang terjadi di Indonesia dan dimanapun peristiwa peledakan bom terjadi. Bom-bom yang meledak itu tentu menghamburkan berbagai material dan menghancurkan berbagai benda yang berada di sekitarnya. Tentu saja material dan benda-benda yang hancur akibat ledakan bom itu menjadi hal-hal yang menjadi gangguan di jalanan.

Bahkan dalam hadits pertama, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menyebutkan thariqun naas (jalan manusia), yakni jalan-jalan yang biasa dilalui manusia, baik muslim ataupun kafir. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam tidak menyebutkan jalan (khusus) untuk kaum muslimin. Menunjukkan bahwa jalanan yang biasa dilewati manusia tidak menutup kemungkinan kaum muslimin juga melewati jalan tersebut. Dan begitulah realitanya.

Jika menyingkirkan gangguan dari jalan manusia adalah amalan yang bisa memasukkan seseorang ke dalam surga, lalu bagaimana dengan perbuatan orang-orang yang ngebom itu, yang justru menjadikan jalan manusia terhalang? Tentu dosalah yang akan mereka terima. Dan dosa akan mengantarkan seseorang kepada neraka.

Dalam hadits kedua Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bercerita tentang seorang muslim yang tengah berjalan di suatu jalan. Di jalan tersebut dia mendapati sebuah duri yang merintangi jalan tersebut. Dia tahu bahwa duri itu akan bisa membahayakan muslim lainnya yang melewati jalan tersebut, sehingga ia pun menyingkirkan duri tersebut sehingga kaum muslimin merasa aman. Lantaran amalannya yang ‘hanya’ menyingkirkan duri di jalan tersebut dengan harapan agar tidak membahayakan kaum muslimin lainnya, Allah mengampuni dosanya.

Sekarang lihatlah bagaimana para teroris itu dengan sengaja meledakkan bom di tengah keramaian manusia yang di dalamnya boleh jadi ada kaum muslimin disana. Manusia berakal sehat tentu mengetahui bahwa bom merupakan benda berbahaya yang bisa mengancam kehidupan. Kemudian mereka meledakkan bom tersebut. Apa yang terjadi setelahnya adalah manusia menjadi korban. Dan boleh jadi kaum muslimin pun ikut menjadi korban.

Jika sebuah duri saja yang melintang di jalan bisa membahayakan kaum muslimin, sehingga kita diperintahkan untuk menyingkirkannya, lalu bagaimana dengan bom? Tentu bom lebih besar bahayanya daripada hanya sebuah duri. Jika seseorang diampuni dosanya lantaran ia ‘hanya’ menyingkirkan sebuah duri yang bisa membahayakan kaum muslimin dari jalanan, maka bagaimana hukumnya dengan bom yang sengaja diledakkan di tempat keramaian yang boleh jadi ada kaum muslimin disana? Berpikirlah wahai manusia yang berakal!

Kita menilik kejadian yang terjadi di Cirebon. Sebuah bom bunuh diri meledak di masjid At-Taqwa di komplek Mapolres Cirebon Kota, Jumat (15/4/2011) sehingga pelaku pun tewas di tempat dan beberapa orang yang ada di dalamnya mengalami luka-luka. Material bom pun berserakan di dalam masjid. Kalaulah membuang ludah atau dahak di dalam masjid merupakan sebuah kesalahan, tentu merupakan kesalahan yang jauh lebih besar meledakkan sebuah bom dengan sengaja di dalam masjid.

Di dalam berbagai hadits yang menerangkan tentang adab-adab dalam masjid, diantara hal yang diterangkan di dalamnya adalah jika seseorang memasuki masjid dengan membawa pedang atau anak panah, hendaknya dia menyarungkan pedang atau mata anak panah itu agar tidak membahayakan kaum muslimin lainnya. Lalu bagaimana dengan sebuah bom yang sengaja diledakkan di dalam masjid? Sungguh perbuatan tersebut merupakan adab yang sangat buruk yang bisa menodai kehormatan masjid dan bahkan membahayakan jiwa kaum muslimin.

Lebih Layak Disingkirkan
Itulah beberapa uraian singkat tentang keutamaan menyingkirkan gangguan dari jalanan, gangguan-gangguan yang bisa menghalangi jalan manusia, gangguan-gangguan yang bisa membahayakan jalan manusia. Islam memerintahkan untuk menyingkirkan gangguan-gangguan itu dari jalan manusia, agar manusia bisa melalui jalanan yang mereka tempuh dengan aman, tidak ada gangguan apapun yang mengancam jiwa.

Jika duri saja yang menghalangi dan membahayakan jalanan yang ditempuh manusia diperintahkan kepada kita untuk menyingkirkannya, tentu lebih layak lagi bagi kita untuk menyingkirkan orang-orang yang bisa merintangi manusia dari jalan hidayah, termasuk orang-orang yang melegalkan tindakan anarkis mereka dengan melakukan pengeboman di berbagai tempat dengan julukan jihad. Demi Allah, sejak terjadinya berbagai peristiwa pengeboman dari para teroris itu, manusia terhalang dari jalan hidayah. Manusia menganggap bahwa Islam adalah agama terror, agama yang mengajarkan anarkisme dan kekerasan, Islam sebagai agama barbarian yang kejam serta anggapan dan citra buruk lainnya terhadap Islam yang muncul sebagai akibat dari tindakan para teroris berkedok jihad itu. Demikian juga tudingan dan tudingan buruk dialamatkan kepada orang-orang yang multazim, yang berusaha untuk mengamalkan Islam secara benar sebagai akibat dari apa yang telah dilakukan oleh para teroris tersebut sehingga manusia pun menjauhi mereka.

Maka, usaha untuk menyingkirkan gangguan dari jalan hidayah tentu lebih layak kita lakukan. Diantara usaha tersebut adalah apa yang telah dilakukan oleh pemerintah kita dan pihak kepolisian. Melakukan usaha penangkapan para pelaku terror adalah salah satu usaha untuk menyingkirkan bahaya dari jalan manusia. Termasuk juga dengan usaha dakwah untuk memerangi berbagai pemikiran batil juga merupakan usaha untuk menyingkirkan gangguan dari jalan hidayah.

Maka, apresiasi besar kita berikan kepada pemerintah kita dan kepada pihak kepolisian yang telah berusaha untuk mengusut berbagai kasus terror yang bisa mengancam ketenangan dan keamanan umat. Demikian juga kepada para dai yang memerangi berbagai pemikiran sesat yang bisa menghalangi manusia dari jalan kebenaran. Semoga Allah memudahkan usaha mereka dan memberikan balasan kebaikan atas apa yang mereka kerjakan. Aamiin. Allahua’lam bish-showab.

Ditulis oleh Abu Shofiyah Aqil Azizi



0 komentar:

Posting Komentar

Anda Perlu Informasi? Atau Anda Ingin Berkomentar? Silahkan Tulis Disini. Komentar yang dimuat hanya yang memenuhi syarat: bukan perdebatan, bukan gunjingan, kalimat yang sopan, dan bermanfaat bagi umat... Dan Maaf Kami Tidak Melayani Perdebatan.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger